Kamis, November 27, 2008

Pengalaman praktek bahasa Inggris

Saat masih mahasiswa, saya tinggal di sebuah asrama di Sumatera Barat. bersama teman-teman di asrama kami menyepakati satu hari seminggu menjadi hari wajib berbahasa Arab dan satu hari lainnya untuk bahasa Inggris. Walaupun bahasa Arab dan bahasa Inggris kami masih kacau, tapi cara itu kami rasakan dapat meningkatkan kemampuan kami secara bertahap. Peraturan yang kami sepakati bersama teman-teman seasrama adalah: pada hari yang disepakati untuk berbahasa Inggris itu tidak dibenarkan berbicara selain bahasa Inggris sampai waktu magrib, kecuali kalau sudah berada di luar halaman asrama. bagi yang melanggar kesepakatan ini, baik disengaja ataupun karena lupa harus push up sepuluh kali sebanyak pelanggaran yang dia lakukan.
yang membuat saya sedikit kasihan, ada salah seorang teman saya yang harus rela seharian puasa berbicara karena belum pede mempraktekkan bahasa Inggrisnya. padahal dia bukanlah tipe seorang pendiam.
Suatu kali dia membuat inisiatif jalan-jalan keluar halaman rumah tapi bukan untuk pergi ke mana-mana. sesampainya di luar halaman (masih dekat gerbang) dengan santainya dia bertanya kepada saya dengan logat minangnya yang kental: "pai jalan-jalan awak ka pasa Yon?" karena peduli dengan pertanyaan yang ia ajukan, tanpa berfikir panjang saya menjawab: "indak do, ambo ado kuliah beko". mendengarkan saya menjawab dengan bahasa Minang, dia tertawa terkekeh-kekeh. dengan perasaan senang, dia memerintahkan saya untuk push up 10 kali. saya baru sadar, rupanya saya masih berada dalam zona wajib berbahasa Inggris. sementara dia sengaja keluar halaman rumah agar bisa menjebak saya untuk tidak berbahasa Inggris.
Aduh, capek juga rasanya siang bolong harus push up karena melanggar aturan. habis rumahnya nggak pakai kipas angin lagi.
(Ditulis oleh Seprion. Buat teman-teman lama di wisma Darul Fikri: Zen Rangkuti, Hanafi, Darussalam, Sidil, dan Yoni Fitri).

Belajar Bahasa Asing

Amat tepatlah sebuah tulisan yang pernah saya baca (lupa sumbernya) bahwa tempat yang paling efektif untuk belajar sebuah bahasa bukanlah di lembaga kursus atau di kelas-kelas sekolah, melainkan langsung berada di lingkungan berbahasa yang ingin kita pelajari tersebut. Dengan kata lain, kalau ingin pandai berbahasa Inggris pergilah ke Inggris (walaupun hanya sekian bulan). Kalau ingin pandai berbahasa Arab, pergi jugalah ke Arab.

Untuk konteks keindonesiaan, pernyataan di atas tadi lebih dikuatkan lagi oleh kenyataan amat sedikitlah anak-anak sekolah yang mampu berbahasa asing dengan hanya mencukupkan belajar bahasa asing tersebut di bangku sekolah. Sebagian kecil dapat lebih baik setelah menambah pelajarannya di lembaga-lembaga kursus.

Memang, untuk pergi ke Inggris, Australia, atau Amerika tidaklah mudah. Apalagi dengan alasan hanya untuk belajar bahasa Inggris. Begitu juga ke Arab, Cina, Jepang, Jerman, atau negara luar lainnya. Sebenarnya, lingkungan berbahasa itu dapat kita ciptakan sendiri. Salah satunya adalah dengan menyiapkan teks percakapan dalam bahasa Indonesia lalu diterjemahkan ke dalam bahasa asing tertentu oleh rekan yang sudah mampu, kemudian dihafal dan dipraktekkan kepada orang yang berbeda. Apabila itu dilakukan secara kontinyu, Penulis percaya dalam waktu yang tidak terlalu lama anda akan merasakan hasilnya secara bertahap.